Suatu
hari di tahun 1609, Galileo mengarahkan teleskopnya pertama kali ke
langit. Ketika melihat bulan, ia dapat melihat permukaan benda langit
itu yang dipenuhi kawah-kawah. Ketika melihat planet Jupiter, ia melihat
benda langit berbentuk bulat dan dikelilingi 4 buah bulan. Namun ketika
mengarahkan teleskopnya ke bintang-gemintang, astronom kelahiran Pisa
(Toscana, Italia) itu tidak dapat melihat bagaimana bentuknya. Ia hanya
bisa melihat titik-titik cahaya, sama seperti bila ia lihat dengan mata
telanjang. Hanya bedanya, bintang itu terlihat lebih terang dan
jumlahnya lebih banyak saat menggunakan teleskop.
Melihat
kenyataan itulah, Galileo lalu menyimpulkan bahwa bintang merupakan
benda langit yang sangat jauh tanpa bisa menyebutkan berapa jaraknya.
Baru
pada tahun 1837 orang bisa memperkirakan jarak sebuah bintang. Adalah
Friedrich Bessel yang pertama kali berhasil menghitungnya dengan metode
Paralaks. Astronom Jerman itu berhasil mengamati bintang 61 Cygni
(sebuah bintang di rasi Cygnus/angsa) yang memiliki paralaks 0,29″.
Sementara paralaks bintang yang paling besar (yang itu artinya paling
dekat dengan matahari dan bumi) adalah bintang Proxima Centauri yang
memiliki paralaks 0.76" dengan jarak 1,31 parsec atau sama dengan 4,2
tahun cahaya. Itu berarti, cahaya yang dipancarkan Proxima Centauri
membutuhkan waktu 4,2 tahun untuk sampai di bumi setelah menempuh jarak
sekitar 40 trilyun km!
Bayangkan!
40 trilyun km itu adalah jarak bintang dengan paralaks paling besar,
yang berarti bintang "paling dekat" dengan kita! Subhanallah!
***
Hari
ini saya mendapat giliran membaca sebuah hadits di Masjid Rungkut Jaya,
masjid di kampung saya. Hadits itu berbicara tentang derajat ketinggian
manusia di surga kelak.
"Sesungguhnya
penghuni tingkatan-tingkatan tinggi bisa terlihat oleh orang-orang di
tingkatan di bawah mereka sebagaimana kalian melihat bintang yang naik
di cakrawala langit. Dan sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk dari
mereka dan keduanya mendapatkan kenikmatan-kenikmatan". (HR.
At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Abi Said).
Hadits
ini berbicara tentang tingkatan-tingkatan di surga. Ini berarti, surga
itu bertingkat-tingkat. Dan memang disebutkan di dalam sebuah hadits
bahwa surga itu terdiri dari seratus tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu
kadang disebut dengan "kamar-kamar", dimana bagian luarnya bisa dilihat
dari dalam dan bagian dalamnya bisa dilihat dari luar. Yang menakjubkan
adalah jarak satu kamar dengan kamar lainnya atau satu tingkat dengan
tingkat lainnya seperti jarak bumi dengan langit.
Sesungguhnya
di dalam surga ada seratus tingkatan yang disediakan Allah bagi
orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Jarak antara dua tingkatan
seperti antara langit dan bumi. Maka apabila kamu memohon kepada Allah,
maka mohonlah (surga) Firdaus kepada-Nya, karena ia terletak di tengah
surga-surga yang tertinggi. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)
Nabi
saw. bersabda, "Sesungguhnya surga itu mempunyai beberapa kamar.
Ruangan luarnya dapat dilihat dari dalam, begitu juga ruang dalamnya
dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang 'Arabi berdiri seraya
bertanya, "Wahai Rasulullah, untuk siapakah kamar-kamar itu?" Kemudian
Rasulullah saw. menjawab, "Untuk orang yang selalu berkata baik, suka
memberi makan orang lain, membiasakan puasa dan suka melakukan shalat
malam sewaktu manusia sedang terlelap." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Menurut
Al-Qurthubi, kamar-kamar di surga itu berbeda-beda dalam ketinggian dan
sifatnya sesuai dengan perbedaan amal para penghuninya. Penghuni
tingkatan yang tinggi berada dalam kenikmatan yang lebih tinggi dari
pada orang-orang di bawah mereka.
Dengan
demikian, maka menjadi jelas bahwa ketika penghuni surga di kamar bawah
melihat penghuni surga di kamar lebih tinggi di atasnya akan seperti
melihat bintang di langit, sebagaimana hadits yang tersebutkan di awal
segmen ini. Bagaimana tidak? Jarak antarkamar mereka saja seperti bumi
dengan langit. Para penghuninya yang bertelekan di sana tentu seperti
bintang-gemintangnya yang bersinaran.
***
Sekarang
mari kita renungkan. Jika jarak bintang Proxima Centauri, bintang
paling dekat dengan bumi kita ini saja 4,2 tahun cahaya, berapa pula
jarak para penghuni surga di kamar yang lebih tinggi yang dilihat
sebagai bintang oleh para penghuni di kamar di bawah mereka?
Anggaplah
sama dengan Proxima Centauri yang dilihat dari bumi. 4,2 tahun cahaya.
Tetapi, bukankah 1 hari di akhirat sama dengan 50.000 tahun di dunia
(QS. 70: 4) atau setidaknya 1.000 tahun di dunia (QS. 32: 5)? Katakanlah
1000 tahun di dunia saja (artinya, waktu di akhirat dibanding di dunia
adalah 1:365.000). Maka, jarak penghuni surga di kamar lebih tinggi itu
4,2 x 365.000 tahun cahaya! Jadi, 1.533.000 tahun cahaya atau 14.563.500
trilyun km!
Guru
saya ketika menggambarkan seseorang penghuni surga di tingkat bawah
yang sedang memandang penghuni kamar surga di atasnya itu seperti orang
yang dilanda rasa "iri" yang luar biasa, disertai penyesalan tiada tara.
"Siapa ya yang ada di sana? Betapa indahnya jika aku bisa berada di
sana!"
Satu
tingkat saja, kawan, tetapi hanya kerlip sinarnya yang terlihat. Begitu
jauh. Tak tergapai. Dan tentu saja hal itu berbanding lurus dengan
anugerah yang mereka terima. Bayangkan jika Anda penghuni kamar terendah
di surga lalu memandang penghuni kamar tertinggi di tingkatan 100 di
surga!
Subhanallah!
Di kamar surga yang manakah kita akan ditempatkan? Wallahu a'lam. Tetapi, kita jangan pernah putus berharap,
Firdauskan kami yang hina-dina ini, ya Allah, atas perkenan-Mu!
salam_sitijamilahamdi
Oleh: Bahtiar HS